Glukosa darah
pada orang normal biasanya berkisar antara 50 mg - 100 mg per 100 ml,
tergantung pada makanan, waktu pengambilan darah bila dihubungkan dengan waktu
makan, aktivitas dan keadaan emosi (state of exitement).
Beberapa
mekanisme dalam tubuh bekerja untuk mengatur glukosa darah agar berada pada
konsentrasi tersebut di atas. Glukosa dapat dipakai oleh semua sel dalam tubuh.
Setelah makan akan terjadi penimbunan glukosa dalam tubuh, misalnya dalam
hepar, otot, jaringan lemak,
dan terjadi peningkatan oksidasi. Sedangkan dalam keadaan puasa ataupun keadaan
darurat, akan terjadi pengambilan glukosa dari cadangan makanan dalam tubuh,
hingga glukosa darah berkisar pada konsentrasi yang dapat ditolerir tubuh.
Glukosa darah berasal dari :
a.
Karbohidrat dalam makanan.
Sebagian besar
karbohidrat dalam makanan akan membentuk glukosa, galaktosa dan fruktosa yang
diserap dan masuk ke vena porta. Galaktosa dan fruktosa bisa diubah menjadi
glukosa dalam hati.
b.
Hasil dari proses glukoneogenesis.
Glukoneogenesis
bisa dibagi menjadi dua yaitu:
1.
Yang bisa langsung diubah menjadi glukosa, seperti asam amino dan asam
propionat.
Senyawa
(metabolit) yang merupakan hasil metabolisme parsial glukosa, yang perlu dibawa
ke hati atau ke ginjal di mana akan diubah menjadi glukosa. Sebagai contoh,asam
laktat hasil oksidasi glukosa dalam otot dan sel darah merah akan dibawa ke
hati dan ginjal untuk diubah menjadi glukosa. Glukosa yang terbentuk akan masuk
ke dalam peredaran darah untuk bisa dipakai lagi oleh jaringan. Siklus ini disebut Cori cycle atau
"lactic acid cycle" (gambar-29). Contoh yang lain misalnya gliserol
yang diperlukan untuk sintesis triasilgliserol dalam jaringan lemak tidak bisa
dipakai oleh jaringan ini, akan tetapi akan dibawa ke hepar, dan bisa diubah
menjadi glukosa.
2.
Telah diketahui bahwa asam amino, sebagian besar alanin, pada waktu
kelaparan diangkut dari otot menuju ke hati. Ini menyebabkan timbulnya
suatu postulat akan adanya suatu siklus glukosa-alanin, di mana terjadi suatu
siklus glukosa dari hepar menuju ke otot dan alanin dari otot menuju ke hepar
yang menghasilkan hasil netto adanya pemindahan alanin dari otot ke hepar dan "free
energy" dari hepar ke otot. "Energy" atau tenaga yang diperlukan
untuk membuat glukosa dari asam laktat berasal dari oksidasi asam lemak (
gambar-29 ).
c.
Dari pemecahan glikogen dalam hepar.
Peran ginjal
dalam kontrol kadar glukosa darah
Ginjal juga mempunyai peran dalam mengatur kadar glukosa darah,
terutama pada waktu kadar glukosa darah meningkat.
Glukosa dapat
melalui filter glomeruli, tapi biasanya direabsorpsi kembali dan masuk ke dalam
peredaran darah. Proses reabsorpsi kembali ini merupakan transport berbantuan
(facilitated diffusion), yang dapat dipengaruhi oleh insulin. Apabila kadar
glukosa darah meningkat, demikian juga glukosa yang melalui filter
glumeruli juga meningkat, keadaan ini merangsang sekresi insulin. Insulin dapat
meningkatkan V max transport (lihat enzim).
Insulin juga
dapat meningkatkan kadar cGMP dalam sel tubulus yang bertindak sebagai mediator
insulin untuk mempengaruhi enzim-enzim yang berada di bawah pengaruhnya.
Kapasitas sistim
tubulus untuk mengabsorpsi kembali glukosa terbatas pada kecepatan kira
kira 350 mg/
menit. Apabila kadar glukosa darah meningkat tinggi, glukosa dalam lumen
tubulus
keadaannya lebih tinggi dari kemampuan untuk mengabsorpsi kembali, sehingga
glukosa akan didapatkan dalam urine. Keadaan ini disebut glukosuria. Pada orang
normal glukosuria akan terjadi apabila kadar glukosa darah vena melebihi 170 -
180 mg/ dl. Kadar glukosa darah vena ini disebut glukosa "renal
threshold".
Pada binatang
percobaan, glukosuria dapat dibuat dengan memberikan
phlorhizin. Senyawa ini dapat menghambat
reabsorpsi glukosa dalam tubulus. Keadaan ini dikenal dengan nama renal
glukosuria.
Glukosuria yang disebabkan karena kelainan ginjal
dapat diturunkan, tapi bisa juga akibat menderita
suatu penyakit.Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar